Bab 9
Kepemimpinan
Pengertian Kepemimpinan Dalam Organisasi
Pengertian kepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan berasal dari kata bahasa inggris, yaitu leadership. Menurut Tikno Lensufie, Kepemimpinan memiliki arti luas, meliputi ilmu tentang kepemimpinan, teknik kepemimpinan, seni memimpin, ciri kepemimpinan, serta sejarah kepemimpinan.
Kepemimpinan berasal dari kata bahasa inggris, yaitu leadership. Menurut Tikno Lensufie, Kepemimpinan memiliki arti luas, meliputi ilmu tentang kepemimpinan, teknik kepemimpinan, seni memimpin, ciri kepemimpinan, serta sejarah kepemimpinan.
Kepemimpinan bukan berarti memimpin orang untuk sesaat (insidental) seperti memimpin
upacara bendera, memimpin paduan suara dan sebagainya. Tapi kepemimpinan lebih
kepada seseorang yang memimpin suatu organisasi atau institusi.
Tikno Lensufie dalam bukunya yang berjudul “Leadership
untuk Profesional dan Mahasiswa” memberikan pengertian pemimpin sebagai
seseorang yang mampu menggerakkan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi.

Komponen-komponen
Kepemimpinan dalam Organisasi
Seperti disebutkan diatas, pemimpin adalah orang yang
mampu menggerakkan pengikut. Artinya, pemimpin tidak berdiri dan bekerja
sendiri, tetapi membutuhkan hal-hal lain yang masuk dalam komponen
kepemimpinan:
- Pemimpin, yaitu orang yang mampu menggerakkan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpin harus mempunyai visi, spirit, karakter, integritas, dan kapabilitas yang tinggi.
- Kemampuan menggerakkan. Yaitu bagaimana pemimpin menggerakkan pengikutnya untuk mencapai tujuan organisasi
- Pengikut. yaitu orang-orang yang berada dibawah otoritas atau jabatan seorang pemimpin.
- Tujuan yang baik, yaitu apa yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut.
- Organisasi, yaitu wadah atau tempat kepemimpinan berada.
Tipe-Tipe Kepemimpinan-TipeKepemimpinan
Setelah
kemaren membahas tentang Definisi Kepemimpinan,
maka pada kesempatan kali ini saya juga akan membahas mengenai Tipe-Tipe Kepeminpinan,
yang mana tipe kepemimpinan sering kali menjadi perdebatan para tokoh-tokoh
besar. Karena kepemimpinan sangat berguna sekali dalam kehidupan kita, minimal
bagi seorang laki-laki nantinya akan memimpin sebuah keluarga. Langsung saja Macam – macam Tipe Kepemimpinan:
1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe
kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih
diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai
berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu
melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir
tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk
mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu
bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan
tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikap over-protective
atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang
berlebih lebihan.
3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe
kepemimpinan militeristik ini sangat mirip
dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan
militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando,
keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki
kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas,
upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut
adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki
saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi
hanya berlangsung searah.
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative,
Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri
antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus
dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi
untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan
sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang
rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap
segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap
eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan
prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan
bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada
tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan
tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi
sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa,
tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja,
tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai
pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan
kacau balau.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan
populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan
jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan
tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari
teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe
kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
indutri, manajemen modern dan
perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok.
Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Refleksi dari Tipe Kepemimpinan tsb:
Pada
dasarnya Tipe kepemimpinan
ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua
jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi
atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada
umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu
dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk
mendapatkan manfaat.
TEORI-TEORI dalam KEPEMIMPINAN
1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
- pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat,
rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas,
orientasi masa depan;
- sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
- kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
- sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
- kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan
(antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara
sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap
sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral
dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri
atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang
menerapkan prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan
merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu
kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku:
a. konsiderasi
dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan
bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau
berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan
kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu
terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas
organisasi.
b. berorientasi
kepada bawahan dan produksi
perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan
ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi
pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian,
kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi
pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model
leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin
dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap
pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap
hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak
dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner,
1978:442-443)
3. Teori
Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori
situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional
yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional
yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian
(1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh
kemampuan "membaca" situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya
kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut.
Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri
kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan
dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
a. Model
kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku
kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus
diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya
otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang
menonjol ketegasan disertai perilaku
yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik
akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol
di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada
kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b. Model "
Interaksi Atasan-Bawahan" :
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang
tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan
sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seorang akan
menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
* Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik;
* Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
* Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
* Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
* Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model
Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan
seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk
menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi
kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang
berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan
dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah
* Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.
d. Model "
Jalan- Tujuan "
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah
pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu
mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus
dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan
bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.
e. Model
"Pimpinan-Peran serta Bawahan" :
Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin
dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu
disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya.
Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut
adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam
menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan.
Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut "didiktekan" oleh
situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses
pengambilan keputusan.
No comments:
Post a Comment